Kamis, 27 Februari 2014

Oleh : Arif Riza Azizi

Definisi Supersemar
Surat Perintah Sebelas Maret atau Surat Perintah 11 Maret yang disingkat menjadi Supersemar adalah surat perintah yang ditandatangani oleh Presiden Republik Indonesia Soekarno pada tanggal 11 Maret 1966. Surat ini berisi perintah yang menginstruksikan Soeharto, selaku Panglima Komando Operasi Keamanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib) untuk mengambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk mengatasi situasi keamanan yang buruk pada saat itu.Surat Perintah Sebelas Maret ini adalah versi yang dikeluarkan dari Markas Besar Angkatan Darat (AD) yang juga tercatat dalam buku-buku sejarah.Sebagian kalangan sejarawan Indonesia mengatakan bahwa terdapat berbagai versi Supersemar sehingga masih ditelusuri naskah supersemar yang dikeluarkan oleh Presiden Soekarno di Istana Bogor.
Latar Belakang Supersemar
1.      Pengaruh dari luar negeri
        Setidaknya,setahu saya, ada dua konteks yang menyebabkan lahirnya Supersemar. Yang pertama  adalah pengaruh dari perang dingin antara AS dengan Uni Soviet. Berkaitan dengan Indonesia, waktu itu Amerika amat khawatir melihat negeri ini yang diras semakin condong ke kiri dan dengan demikian semakin mengancam kepentingan AS beserta sekutunya.Tempat kedudukan sebagai partai pemenang terbesar ke empat pada pemilu 1955 membuat kekhawatiran itu semakin nyata.Melihat dinamika seperti itu Amerika berupaya memengaruhi Indonesia agar menghentikan orientasi kiri-nya dan agar membelok kea rah yang sesuai dengan kepentingan barat.
Yang ke dua, konfrontasi Soekarno terhadap Malaysia yang menyuarakan untuk meng-ganyang Malaysia, kurang lebih cukup memengaruhi.Konfrontasi ini sebagai perwujudan marah Soekarno terhadap pihak Malaysia yang telah melecehkan Indonesia dengan merobek-robek foto Soekarno dan menginjak-injak lambang garuda pancasila.

2.      Tragedi ’65 sebagai konteks domestik Supersemar
        Mirip dengan kekhawatiran Amerika, di dalam negeri  pun kekhawatiran akibat makin berkembangnya PKI juga melanda sejumlah kalangan.PKI yang setelah peistiwa Madiun 1948 ditumpas, pada awal tahun 1950-an sudah bisa mulai bangkit. Sementara itu, Bung Karno dengan konsep NASAKOM(Nasionalisme, Agama dan Komunisme)-nya tampak makin dekat dengan PKI. Bung Karno tidak hanya akan membawa Indonesia kea rah yang ditentukan PKI, melainkan juga tunduk di bawah kepentingan komunis Internasional. Apa yang terjadi pada dinihari 1 Oktober 1965 menjadi penghubung makin cepatnya perubahan dinamika politik di Indonesia. ketika pada hari itu, enam orang jenderal dan seorang perwira tinggi AD tewas akibat operasi militer yang dilakukan oleh pihak yang dinamai G30 S. dan pihak AD langsung melemparkan tuduhan bahwa PKI-lah yang secara penuh bertanggung jawab atas peristiwa berdaraj itu.


Tujuan Dibuatnya Supersemar
     Pada tanggal 11 Maret 1966, Presiden Soekarno mengeluarkan SP 11 Maret kepada Menteri/Panglima Angkatan Darat Letjen Soeharto.Surat perintah itu memberi wewenang untuk “mengambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk memulihkan keamanan dan ketertiban”.Penyerahan kuasa yang sifatnya eksekutif itu dilakukan di tengah situasi ekonomi dan politik yang tidak menentu. Para Mahasiswa yang berdemo menuntut tritura(tiga tuntutan rakyat,)yang secara tidak langsung juga dimanfaatkan oleh pihak militer untuk memojokkan posisi Soekarno. Atau bisa dibilang mereka mahasiswa dikondisikan sedemikian rupa oleh pihak militer untuk  melawan segala kebijakan Sekarno, mengkudeta Soekarno.

Kontroversi-kontroversi Supersemar          
·     Mana Supersemar yang asli masih merupakan tanda Tanya.
·     Tentang pengetik Supersemar. Siapa sebenarnya yang mengetik surat tersebut, masih tidak jelas. Ada beberapa orang yang mengaku mengetik surat itu, antara lain Letkol (Purn) TNI-AD Ali Ebram, saat itu sebagai staf Asisten I Intelijen Resimen Tjakrabirawa.
·     Kejanggalan status hokum Supersemar yang sempat dijadikan sebagai Tap MPRS.
·     Kendaraan yang ditumpangi oleh ketiga jenderal yang membawa SP.
·     Dll…
Kronologi Supersemar
Lahirnya Supersemar didahului oleh banjir darah sekitar setengah juta rakyat Indonesia yang tewas ditangan sesama warga Indonesia. Dimulai dari tragedi lubang buaya, Pembunuhan kejam terhadap enam jenderal AD oleh G30 S. kemudian Soeharto membentuk Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib) untuk mengimbangi G-30-S yang berkecamuk pada 1 Oktober 1965.Dua hari kemudian, tepatnya 3 Oktober 1965, Mayjen Soeharto diangkat sebagai Panglima Kopkamtib.Jabatan ini memberikan wewenang besar untuk melakukan pembersihan terhadap orang-orang yang dituduh sebagai pelaku G-30-S/PKI.Soehato juga dilantik sebagai Menteri Panglima Angkatan Darat pada 14 Oktober 1965, ia segera membubarkan PKI dan ormas-ormasnya.
Tragedi di lubang buaya, dijadikan kambing hitam untuk menyalahkan PKI sebagai dalang dibalik terjadinya insiden tersebut. Akhirnya terjadilah pembantaian massal yang berlangsung antara  pekan ketiga bulan oktober hingga bulan Desember ’65yang dipimpin oleh Resimen Para Komando Angkatan Darat(RPKAD). Berbagai kekuatan sipil dan militer saling menopang untuk menghabisi hidup sekian banyak orang, dari komunis dan simpatisannya tanpa ada proses pengadilan.
Tanggal 31 Desember 1965, pasukan RPKAD kembali ke Jakarta dari Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali. Kembalinya mereka ke Jakarta karena ada isu terjadinya kerusuhan besar yang akan terjadi di ibukota.
Tanggal 15 januari, terjadi demonstrasi di istana Bogor saat dilangsungkan rapat kabinet yang dipimpin langsung oleh Presiden Soekarno.Demonstrasi berlangsung selama tiga hari, diikuti oleh demonstran yang datang dari berbagai daerah.Dalam demonstrasi ini, terjadi kerusuhan antara demonstran dengan Cakrabirawa yang enewaskan seorang mhasiswa bernama Arif Rahman. Tetapi, secara tiba-tiba muncul Soeharto di tengah kerumunan massa, datang untuk melerai kedua kubu, dan demonstrasi akhirnya dapat dibubarkan.
Tanggal 1 Februari, Mayor Jenderal Soeharto naik pangkat militernya dari Mayor Jenderal menjadi Letnan Jenderal guna mengimbangi jabatannya sebagai Menteri/Panglima AD. Sementara itu pada tanggal 13 Februari dimulailah siding Mahkamah Militer Luar Biasa(Mahmilub), untuk mengadili mereka yang dituduh  terlibat pada G30 S. pada tanggal 21 Februari, Presiden Soekarno mengumumkan reshuffle cabinet Dwikora dan menggantikannya dengan cabinet Dwikora yang disempurnakan. Jabatan Jenderal Nasution dicopot dari jabatan Menko Pertahanan dan digantikan oleh Letjen Sarbini.
Pada bulan Maret 1966 tampaknya ketegangan antara Bung Karno dengan kubu Soeharto makin tak terhindarkan.Pada tanggal 6 Maret, Soeharto menyampaikan warning kepada Bung Karno bahwa ada ketidakpuasan di kalangan perwira ABRI. Kemudian dibalas oleh Bung Karno 2 hari kemuadian dengan surat yang mengatakan bahwa dia masih Presiden RI.
Malam sebelum supersemar dibuat, tertanggal 10 Maret, kira-kira jam 23.00 ada kesaksian samg menteri yang melihat Brigjen Sabur mengojok-ojoki Bung Karno untuk meninggalkan Istana menuju ke Bogor. Hal itu terjadi karena isu yang mengatakan adanya pasukan RPKAD yang mengepung Istana.
Tanggal 11 Maret rombongan Soekarno tiba kembali di Istana pukul 09.00 dari Bogor guna melangsungkan sidang kabinet.Sejak pagi hari juga, ribuan mahasiswa sudah turun ke jalan bergerak menuju Istana Merdeka.Saat siding berjalan, kemudian Brigjen M. Sabur menyampaikan nota kepada Bung Karno, memberitahukan ada pasukan tak dikenal mengepung Istana. Bung Karno kelihatan gugup sehingga pimpinan siding diserahkan ke Waperdam II Leimena, kemudian bersama dengan Dr. Soebandrio bergegas meninggalkan istana menaiki helicopter menuju ke Bogor.
Setelah siding cabinet dibubarkan, Brigjen Basuki Rahmat, Brigjen M. Yusuf, dan Brigjen Amirmahmud sepakat untuk mendatangi Letjen Soeharto, melaporkan keadaan tentang apa yang terjadi di istana Negara, khususnya tentang kepergian Presiden Soekarno ke Istana Bogor. Setibanya mereka di kediaman Soeharto, mereka kemudian diinstruksikan menyusul Soekarno ke Bogor, untuk meminta surat pelimpahan yang nantinya lebih dikenal sebagai Supersemar. Setibanya mereka di Bogor, mereka harus menunggu sampai pukul 14.30 untuk menemui Bung Karno.Singkat cerita, mereka mendapatkan SP itu pada pukul 20.55 yang sudah ditandatangani oleh Bung Karno.
Berbekal naskah Supersemar tersebut, ketiga Brigradir Jenderal kembali ke Jakarta untuk menyerahkannya kepada Soeharto yang memang telah menunggu-nunggu di Markas Kostrad. Keesokan harinya, jam 06.00 surat itu diumumkan dan isinya adalah secara resmi PKI dibubarkan.Pada hari yang sama, Presiden Soekarno memimpin rapat ABRI di istana Negara, membacakan isi SP 11 Maret yang baru saja ia tandatangani dan diserahkan kepada Men/Pangad Letjen Soeharto. Empat hari kemudian, tanggal 16 Maret Bung Karno berusaha menerangkan isi Supersemar sambil menekankan bahwa dirinya masih berkuasa penuh.Tetapi pada tanggal 18 Maret, secara sepihak Soeharto mengambil keputusan mengamankan 15 orang menteri kabinet Dwikora yang disempurnakan.Mengenai status hukum SP 11 Maret yang hanya bersifat eksekutif, memunculkan rasa khawatir di pihak Soeharto akan dicabutnya SP 11 Maret. Akhirnya pada tanggal 20 Juni sampai 6 Juli, digelarlah siding umum MPRS IV di Istora Senayan dengan agenda pengukuhan Supersemar menjadi ketetapan MPRS.
Pada tanggal 7-12 Maret 1967, berlangsung Sidang Istimewa MPRS.Sidang itu kemudian mengeluarkan Ketetapan MPRS Nomor XXXIII/MPRS/ 1967 tentang Pencabutan Kekuasaan Pemerintahan Negara dari Presiden Soekarno.Ketetapan MPRS itu memutuskan untuk mencabut kekuasaan pemerintahan negara dari Presiden Soekarno, berlaku surut mulai 22 Februari 1967, dan mengangkat Jenderal Soeharto sebagai Pejabat Presiden.
Supersemar dan Dampaknya
A.     Dampak Luar Negeri
      Dengan adanya Supersemar dan naiknya kubu Soeharto, orientasi politik luar negeri menjadi menjadi berbelok  arah. Amerika yang dulunya menjadi musuh Bung Karno kini berubah menjadi sahabat pemerintahan pasca Bung Karno.persahabatan juga dibina dengan sejumlah Negara kapitalis lainnya. Sementara itu konfrontasi Malaysia dihentikan .dan pada saat yang sama hutang luar negeri yang pada zaman Bung Karno masih relative terbatas, sejak naiknya Soeharto hutang itu menjadi semakin membengkak. Indonesia yang sebelumnya menyatakan keluar dari organisasi internasional(termasuk PBB), akhirnya bergabung kembali dengan organisasi-organisasi itu. Selanjutnya, adalah menjamurnya investor asing, yang secara langsung diundang oleh Soeharto untuk menanam modal di Indonesia.

B.     Dampak Dalam Negeri
Buku Supersemar
Yang lebih pokok  untuk kita cermati tentu saja dampak Supersemar terhadap situasi dalam negeri sendiri. Berkat adanya Supersemar itu, kalangan militer di bawah pimpinan Jenderal Soeharto, nyaris bisa melakukan apa saja yang mereka kehendaki. Termasuk di sini adalah pembubaran PKI yang sebenarnya adalah wewenang presiden.Penangkapn menteri-menteri, rekayasa keanggotaan MPRS, penetapan Supersemar sebagai ketetapan (TAP) MPRS. Tak kalah penting juga, berkat Supersemar TAP MPRS juga mencabut status Bung Karno sebagai presiden seumur hidup, menolak pidato pertanggung jawaban Presiden Soekarno (nawaksara) berikut perbaikannya, dan akhirnya memberhentikan Soekarno sebagai presiden dan menggangkat Jenderal Soeharto menjadi presiden Indonesia.
Siapa Yang Diuntungkan?

Posted by Unknown On 04.17 No comments

0 komentar :

Posting Komentar

Facebook

    Jumlah Pengunjung

    Text