Oleh : Arif Riza Azizi
Dalam
sejarah peradaban umat manusia, kemajuan suatu bangsa tidak hanya bisa dibangun
dengan bermodalkan kekayaan alam yang melimpah maupun pengelolaan tata negara
yang mapan, melainkan berawal dari peradaban buku atau penguasaan literasi yang
berkelanjutan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Namun yang terjadi,
pentingnya budaya literasi kurang diperhatikan sebagai kegiatan yang penting
oleh masyarakat kita maupun pemerintah. Pemerintah disini, dimaksudkan sebagai
pihak yang harusnya bisa memacu masyarakat untuk giat dalam kegiatan literasi,
atau pihak pemerintah bisa menyelipkan-untuk tidak berkata menerapkan
seutuhnya-kegiatan literasi di lingkungan pendidikan formal.
Secara
sederhana, literasia atau literer istilah lain dari melek huruf secara
fungsional adalah kemampuan seseorang untuk membaca, menulis, berhitung, dan
berbicara serta kemampuan mengidentifikasi, mengurai dan memahami suatu
masalah.
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga terbitan Balai Pustaka, yang dimaksudkan
dengan literer adalah (sesuatu yang) berhubungan dengan tulis-menulis. Dalam
konteks kekinian, literasi atau literer memiliki definisi dan makna yang sangat
luas. Literasi bisa berarti melek teknologi, politik, berpikiran kritis dan
peka terhadap lingkungan sekitar.
Dalam
paradigma berpikir modern, literasi juga bisa diartikan sebagai kemampuan nalar
manusia untuk mengartikulasikan segala fenomena sosial dengan huruf dan
tulisan. Bahkan menurut Kirsch dan Jungeblut (1993) dalam bukunya Literacy:
Profiles of America’s Young Adults, literasi kontemporer merupakan kemampuan
seseorang dalam memanfaatkan informasi tertulis atau cetak untuk mengembangkan
pengetahuan sehingga mendatangkan manfaat bagi masyarakat luas.
Di
sisi lain, Besnier (dikutip dalam Duranti, 2001) dalam Key Concepts in Language
and Culture, literasi adalah komunikasi melalui inskripsi yang terbaca secara
visual, bukan melalui saluran pendengaran dan isyarat. Inskripsi visual di sini
termasuk di dalamnya adalah bahasa tulisan yang dimediasi dengan alphabet atau
aksara.
Menurut
hemat penulis, kegiatan literasi dapat diartikan sebagai kegiatan membaca,
membaca hal yang tekstual dan kontekstual, lalu menuliskannya sebagai sebuah
kegiatan pendokumentasian. Jadi, dua aspek penting literasi adalah membaca dan
menulis. Orang yang banyak menulis adalah mereka yang juga banyak membaca.
Karena keduanya sangat berkaitan erat satu sama lain. Kita bisa mengaca pada
apa yang dilakukan oleh pendahulu kita. Perlu diketahui, sosok Soekarno, Hatta,
Tan Malaka, mereka rajin menulis dan membaca. Tulisan mereka menjadi sebuah
dokumentasi dari perjalanan sejarah Indonesia, meski disisi lain ada maksud
dari mereka untuk mendokumentasikan perjalanan sejarah keindividuaannya. Itulah
cara mereka mengabadikan kisahnya menjadi monument sejarah yang terus bisa
dikenang oleh kita.
Jika
kita amati sekarang, pendidikan kita mandeg perkembangannya, khususnya dalam
hal kesadaran pelajar akan pentingnya membaca. Pelajar kita seringnya membaca
untuk mendapat nilai. Mereka belum menyadari arti penting membaca, yakni
membaca itu sendiri. Pendidikan di Indonesia adalah pendidikan pembelajaran,
bukan pendidikan berliterasi. Disini tidak ada tuntutan bahwasanya, pendidikan
diarahkan kepada pendidikan literasi. Tapi, disini pendidikan literasi bisa
menjadi alternatif yang bisa memecah kebekuan pelajar kita yang semangat
membacanya masih minim.
Literasi juga harus disadari bukan saja
kegiatan yang tercakup dalam dunia pendidikan formal. Siapapun kita? Dimanapun
kita berada? Tua-muda, besar-kecil,anak-anak atau dewasa, siapapun kita bisa
melaksanakan kegiatan literasi. Dan kita harus menyadari pentingnya
berliterasi, itulah yang perlu ditekankan. Literasi harus kita giatkan sebagai
elemen penting pengisi rutinitas sehari-hari. Kita harus bisa “Mengejawantahkan Semangat Literasi Pemuda
sebagai Rutinitas Sehari-hari”, secara berkelanjutan. Memang selalu sulit untuk melaksanakannya, tapi, kesulitan itu
akan terurai dengan kesungguhan dan pembiasaan yang terus menerus. Mari Berliterasi!
0 komentar :
Posting Komentar