Nalar
kritis mahasiswa pada dasarnya tak pudar
seiring bergonta-gantinya masa. Gagasan atau ide brilian juga masih mewarnai
pemikiran-pemikiran mahasiswa. Kritik atas kondisi sosial- masyarakat, keadaan bangsa,
juga kondisi kampusnya masih lazim di
suarakan mahasiswa. Yang membedakan adalah gagasan, ide, kritik dan keluhan
mahasiswa hari ini mereka sampaikan lewat jejaring sosial. Mereka rupakan dalam
bentuk update status Facebook atau cerocosan di twitter.
Tak banyak
lagi cerita mahasiswa yang menuliskan gagasan mereka lewat buku, membahasakan
ide brilian mereka dalam sebuah karya ilmiah, dan hanya terhenti di jejaring sosial.
Budaya
semacam ini seolah didukung juga oleh tak adanya penekanan dari sistem
pendidikan perguruan tinggi (juga para dosen) untuk mengeksplorasi kemampuan
literal mahasiswa. Mahasiswa hanya ditekankan pada penguasaan materi dengan
acuan IPK. (PU).