Oleh : Arif Riza Azizi
Definisi Supersemar
Surat Perintah
Sebelas Maret atau Surat Perintah 11 Maret yang
disingkat menjadi Supersemar adalah
surat perintah yang
ditandatangani oleh
Presiden Republik Indonesia Soekarno pada
tanggal
11 Maret 1966. Surat ini berisi
perintah yang menginstruksikan
Soeharto,
selaku Panglima Komando Operasi Keamanan dan Ketertiban (
Pangkopkamtib)
untuk mengambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk mengatasi situasi
keamanan yang buruk pada saat itu.Surat Perintah Sebelas Maret ini adalah versi
yang dikeluarkan dari Markas Besar Angkatan Darat (AD) yang juga tercatat dalam
buku-buku sejarah.Sebagian kalangan sejarawan
Indonesia mengatakan
bahwa terdapat berbagai versi Supersemar sehingga masih ditelusuri naskah
supersemar yang dikeluarkan oleh
Presiden
Soekarno di
Istana Bogor.
Latar Belakang
Supersemar
1. Pengaruh dari luar negeri
Setidaknya,setahu saya, ada dua konteks
yang menyebabkan lahirnya Supersemar. Yang
pertama adalah pengaruh dari perang
dingin antara AS dengan Uni Soviet. Berkaitan dengan Indonesia, waktu itu Amerika
amat khawatir melihat negeri ini yang diras semakin condong ke kiri dan dengan
demikian semakin mengancam kepentingan AS beserta sekutunya.Tempat kedudukan
sebagai partai pemenang terbesar ke empat pada pemilu 1955 membuat kekhawatiran
itu semakin nyata.Melihat dinamika seperti itu Amerika berupaya memengaruhi
Indonesia agar menghentikan orientasi kiri-nya dan agar membelok kea rah yang
sesuai dengan kepentingan barat.
Yang ke dua, konfrontasi Soekarno terhadap
Malaysia yang menyuarakan untuk meng-ganyang
Malaysia, kurang lebih cukup memengaruhi.Konfrontasi ini sebagai perwujudan
marah Soekarno terhadap pihak Malaysia yang telah melecehkan Indonesia dengan
merobek-robek foto Soekarno dan menginjak-injak lambang garuda pancasila.
2. Tragedi ’65 sebagai konteks domestik Supersemar
Mirip dengan kekhawatiran Amerika, di
dalam negeri pun kekhawatiran akibat
makin berkembangnya PKI juga melanda sejumlah kalangan.PKI yang setelah
peistiwa Madiun 1948 ditumpas, pada awal tahun 1950-an sudah bisa mulai
bangkit. Sementara itu, Bung Karno dengan konsep NASAKOM(Nasionalisme, Agama
dan Komunisme)-nya tampak makin dekat dengan PKI. Bung Karno tidak hanya akan
membawa Indonesia kea rah yang ditentukan PKI, melainkan juga tunduk di bawah
kepentingan komunis Internasional. Apa yang terjadi pada dinihari 1 Oktober
1965 menjadi penghubung makin cepatnya perubahan dinamika politik di Indonesia.
ketika pada hari itu, enam orang jenderal dan seorang perwira tinggi AD tewas
akibat operasi militer yang dilakukan oleh pihak yang dinamai G30 S. dan pihak
AD langsung melemparkan tuduhan bahwa PKI-lah yang secara penuh bertanggung
jawab atas peristiwa berdaraj itu.
Tujuan Dibuatnya
Supersemar
Pada
tanggal 11 Maret 1966, Presiden Soekarno mengeluarkan SP 11 Maret kepada
Menteri/Panglima Angkatan Darat Letjen Soeharto.Surat perintah itu memberi
wewenang untuk “mengambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk memulihkan
keamanan dan ketertiban”.Penyerahan kuasa yang sifatnya eksekutif itu dilakukan
di tengah situasi ekonomi dan politik yang tidak menentu. Para Mahasiswa yang
berdemo menuntut tritura(tiga tuntutan
rakyat,)yang secara tidak langsung juga dimanfaatkan oleh pihak militer
untuk memojokkan posisi Soekarno. Atau bisa dibilang mereka mahasiswa
dikondisikan sedemikian rupa oleh pihak militer untuk melawan segala kebijakan Sekarno, mengkudeta
Soekarno.
Kontroversi-kontroversi
Supersemar
· Mana
Supersemar yang asli masih merupakan tanda Tanya.
· Tentang pengetik Supersemar. Siapa sebenarnya yang mengetik
surat tersebut, masih tidak jelas. Ada beberapa orang yang mengaku mengetik
surat itu, antara lain Letkol (Purn) TNI-AD Ali Ebram, saat itu sebagai staf Asisten I
Intelijen Resimen Tjakrabirawa.
· Kejanggalan status hokum Supersemar yang sempat dijadikan
sebagai Tap MPRS.
· Kendaraan yang ditumpangi oleh ketiga jenderal yang membawa
SP.
· Dll…
Kronologi Supersemar
Lahirnya Supersemar didahului oleh banjir darah sekitar
setengah juta rakyat Indonesia yang tewas ditangan sesama warga Indonesia. Dimulai
dari tragedi lubang buaya, Pembunuhan kejam terhadap enam jenderal AD oleh G30
S. kemudian
Soeharto membentuk Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban
(Kopkamtib) untuk mengimbangi G-30-S yang berkecamuk pada 1 Oktober 1965.Dua hari kemudian, tepatnya 3 Oktober 1965, Mayjen Soeharto diangkat sebagai Panglima Kopkamtib.Jabatan
ini memberikan wewenang besar untuk melakukan pembersihan terhadap orang-orang
yang dituduh sebagai pelaku G-30-S/PKI.Soehato juga dilantik sebagai Menteri
Panglima Angkatan Darat pada 14 Oktober 1965, ia segera membubarkan PKI dan ormas-ormasnya.
Tragedi di lubang buaya, dijadikan kambing hitam untuk
menyalahkan PKI sebagai dalang dibalik terjadinya insiden tersebut. Akhirnya
terjadilah pembantaian massal yang berlangsung antara pekan ketiga bulan oktober hingga bulan
Desember ’65yang dipimpin oleh Resimen Para Komando Angkatan Darat(RPKAD). Berbagai
kekuatan sipil dan militer saling menopang untuk menghabisi hidup sekian banyak
orang, dari komunis dan simpatisannya tanpa ada proses pengadilan.
Tanggal 31 Desember 1965, pasukan RPKAD kembali ke Jakarta
dari Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali. Kembalinya mereka ke Jakarta karena ada
isu terjadinya kerusuhan besar yang akan terjadi di ibukota.
Tanggal 15 januari, terjadi demonstrasi di istana Bogor saat
dilangsungkan rapat kabinet yang dipimpin langsung oleh Presiden
Soekarno.Demonstrasi berlangsung selama tiga hari, diikuti oleh demonstran yang
datang dari berbagai daerah.Dalam demonstrasi ini, terjadi kerusuhan antara
demonstran dengan Cakrabirawa yang enewaskan seorang mhasiswa bernama Arif
Rahman. Tetapi, secara tiba-tiba muncul Soeharto di tengah kerumunan massa,
datang untuk melerai kedua kubu, dan demonstrasi akhirnya dapat dibubarkan.
Tanggal 1 Februari, Mayor Jenderal Soeharto naik pangkat militernya
dari Mayor Jenderal menjadi Letnan Jenderal guna mengimbangi jabatannya sebagai
Menteri/Panglima AD. Sementara itu pada tanggal 13 Februari dimulailah siding
Mahkamah Militer Luar Biasa(Mahmilub), untuk mengadili mereka yang dituduh terlibat pada G30 S. pada tanggal 21
Februari, Presiden Soekarno mengumumkan reshuffle
cabinet Dwikora dan menggantikannya dengan cabinet Dwikora yang disempurnakan.
Jabatan Jenderal Nasution dicopot
dari jabatan Menko Pertahanan dan digantikan oleh Letjen Sarbini.
Pada bulan Maret 1966 tampaknya ketegangan antara Bung Karno
dengan kubu Soeharto makin tak terhindarkan.Pada tanggal 6 Maret, Soeharto
menyampaikan warning kepada Bung
Karno bahwa ada ketidakpuasan di kalangan perwira ABRI. Kemudian dibalas oleh
Bung Karno 2 hari kemuadian dengan surat yang mengatakan bahwa dia masih
Presiden RI.
Malam sebelum supersemar dibuat, tertanggal 10 Maret,
kira-kira jam 23.00 ada kesaksian samg menteri yang melihat Brigjen Sabur mengojok-ojoki Bung Karno untuk
meninggalkan Istana menuju ke Bogor. Hal itu terjadi karena isu yang mengatakan
adanya pasukan RPKAD yang mengepung Istana.
Tanggal 11 Maret rombongan Soekarno tiba kembali di Istana
pukul 09.00 dari Bogor guna melangsungkan sidang kabinet.Sejak pagi hari juga,
ribuan mahasiswa sudah turun ke jalan bergerak menuju Istana Merdeka.Saat
siding berjalan, kemudian Brigjen M. Sabur menyampaikan nota kepada Bung Karno,
memberitahukan ada pasukan tak dikenal mengepung Istana. Bung Karno kelihatan
gugup sehingga pimpinan siding diserahkan ke Waperdam II Leimena, kemudian
bersama dengan Dr. Soebandrio bergegas meninggalkan istana menaiki helicopter
menuju ke Bogor.
Setelah siding cabinet dibubarkan, Brigjen Basuki Rahmat,
Brigjen M. Yusuf, dan Brigjen Amirmahmud sepakat untuk mendatangi Letjen
Soeharto, melaporkan keadaan tentang apa yang terjadi di istana Negara,
khususnya tentang kepergian Presiden Soekarno ke Istana Bogor. Setibanya mereka
di kediaman Soeharto, mereka kemudian diinstruksikan menyusul Soekarno ke
Bogor, untuk meminta surat pelimpahan yang nantinya lebih dikenal sebagai
Supersemar. Setibanya mereka di Bogor, mereka harus menunggu sampai pukul 14.30
untuk menemui Bung Karno.Singkat cerita, mereka mendapatkan SP itu pada pukul
20.55 yang sudah ditandatangani oleh Bung Karno.
Berbekal naskah Supersemar tersebut,
ketiga Brigradir Jenderal kembali ke Jakarta untuk menyerahkannya kepada
Soeharto yang memang telah menunggu-nunggu di Markas Kostrad. Keesokan harinya,
jam 06.00 surat itu diumumkan dan isinya adalah secara resmi PKI dibubarkan.Pada
hari yang sama, Presiden Soekarno memimpin rapat ABRI di istana Negara,
membacakan isi SP 11 Maret yang baru saja ia tandatangani dan diserahkan kepada
Men/Pangad Letjen Soeharto. Empat hari kemudian, tanggal 16 Maret Bung Karno
berusaha menerangkan isi Supersemar sambil menekankan bahwa dirinya masih
berkuasa penuh.Tetapi pada tanggal 18 Maret, secara sepihak Soeharto mengambil
keputusan mengamankan 15 orang menteri kabinet Dwikora yang disempurnakan.Mengenai
status hukum SP 11 Maret yang hanya bersifat eksekutif, memunculkan rasa
khawatir di pihak Soeharto akan dicabutnya SP 11 Maret. Akhirnya pada tanggal
20 Juni sampai 6 Juli, digelarlah siding umum MPRS IV di Istora Senayan dengan
agenda pengukuhan Supersemar menjadi ketetapan MPRS.
Pada tanggal 7-12 Maret 1967,
berlangsung Sidang Istimewa MPRS.Sidang itu kemudian mengeluarkan Ketetapan
MPRS Nomor XXXIII/MPRS/ 1967 tentang Pencabutan Kekuasaan Pemerintahan Negara
dari Presiden Soekarno.Ketetapan MPRS itu memutuskan untuk mencabut kekuasaan
pemerintahan negara dari Presiden Soekarno, berlaku surut mulai 22 Februari
1967, dan mengangkat Jenderal Soeharto sebagai Pejabat Presiden.
Supersemar dan Dampaknya
A. Dampak Luar Negeri
Dengan adanya Supersemar dan naiknya kubu
Soeharto, orientasi politik luar negeri menjadi menjadi berbelok arah. Amerika yang dulunya menjadi musuh Bung
Karno kini berubah menjadi sahabat pemerintahan pasca Bung Karno.persahabatan
juga dibina dengan sejumlah Negara kapitalis lainnya. Sementara itu konfrontasi
Malaysia dihentikan .dan pada saat yang sama hutang luar negeri yang pada zaman
Bung Karno masih relative terbatas, sejak naiknya Soeharto hutang itu menjadi
semakin membengkak. Indonesia yang sebelumnya menyatakan keluar dari organisasi
internasional(termasuk PBB), akhirnya bergabung kembali dengan
organisasi-organisasi itu. Selanjutnya, adalah menjamurnya investor asing, yang
secara langsung diundang oleh Soeharto untuk menanam modal di Indonesia.
B. Dampak Dalam Negeri
|
Buku Supersemar |
Yang
lebih pokok untuk kita cermati tentu
saja dampak Supersemar terhadap situasi dalam negeri sendiri. Berkat adanya
Supersemar itu, kalangan militer di bawah pimpinan Jenderal Soeharto, nyaris
bisa melakukan apa saja yang mereka kehendaki. Termasuk di sini adalah
pembubaran PKI yang sebenarnya adalah wewenang presiden.Penangkapn
menteri-menteri, rekayasa keanggotaan MPRS, penetapan Supersemar sebagai
ketetapan (TAP) MPRS. Tak kalah penting juga, berkat Supersemar TAP MPRS juga
mencabut status Bung Karno sebagai presiden seumur hidup, menolak pidato
pertanggung jawaban Presiden Soekarno (nawaksara)
berikut perbaikannya, dan akhirnya memberhentikan Soekarno sebagai presiden dan
menggangkat Jenderal Soeharto menjadi presiden Indonesia.
Siapa Yang Diuntungkan?