Tampak sejuk apabila kita merasakan dan menghirup udara yang segar dari hembusan angin yang sepoi-sepoi. Kita bisa menggambarkan desa ini seperti hamparan padi nan luas, diseberang tampak gubug reyot yang setengah rubuh.
Terlihat
seorang pak tua yang sudah lanjut usia, tergopoh-gopoh berjalan menyusuri
sungai hendak berwudlu. Dan ternyata pak tua ini seorang imam mushola di dekat
rumahnya. Jam di dinding menunjukkan pukul 04.30 WIB, pujian di lantunkan seorang
yang terdengar sebaya dengan pak tua. Tak lama kemudian pak tua sampai di
mushola dengan sarung favoritnya yang berwarna hijau tua dan kopyah agak
miring.
Seusai sholat
pak tua itu melanjutkan aktifitasnya di rumah. Penampilan yang serba adanya ia
kenakan. Celana pendek, kaos “oblong” dan
sandal jepit, ia pakai setiap hari. Sepeda ontel miliknya menjadi teman sejati
untuk menyusuri jalanan yang penuh debu. Terus ia kayuh sampai tiba di tempat
kerja pak tua.
Tempat
kerumunan dan sarang penyakit adalah tempat ia bekerja. Matahari pagi terus
memperlihatkan kegagahannya. Kendaraan roda empat lalu lalang menjadi
pemandangan yang sudah membuatnya terbiasa. Tak sedikit orang seperti pak tua
itu, yaitu seorang pekerja keras. Kalau ada mobil barang datang,ia berdesakan
dengan teman-teman seperjuangannya.
Berat beban
yang ia hadapi setiap hari, hanya itu kemampuan yang ia miliki. Pundak terasa
kaku dan sakit akibat beban yang ia angkat begitu berat. Semakin siang semakin
tak karuan rasa sakit yang ia tahan. Kaos oblong yang ia kenakan sudah terlepas
dari tubuhnya karena panas terik matahari tak sanggup ia taklukan.
“Alhamdulillah”,terdengar
lirih dari diri pak tua yang senang hatinya saat mendapat upah sebagai kuli
panggul. Alangkah mulia pekerjaan pak tua.
Dan tak sanggup kita bayangkan sebagai
kalangan Mahasiswa. Jangan sekali-kali mengeluh terhadap tugas apa yang kita
dapat, ketika kita melihat semangat seorang pak tua mengangkat barang-barang
yang bebannya tidak sedikit.
(Kisah ini
terilhami dari kisah nyata yang terjadi di wilayah Tulungagung. Detailnya di
kawasan Pasar Sore sebelah selatan.)
by : Mohammad Ababilil Mujaddidyn*
*penulis adalah mahasiswa
STAIN Tulungagung prodi PGMI sementer 3.