Sabtu, 29 September 2012


    Tampak sejuk apabila kita merasakan dan menghirup udara yang segar dari hembusan angin yang sepoi-sepoi. Kita bisa menggambarkan desa ini seperti hamparan padi nan luas, diseberang tampak gubug reyot yang setengah rubuh.
Terlihat seorang pak tua yang sudah lanjut usia, tergopoh-gopoh berjalan menyusuri sungai hendak berwudlu. Dan ternyata pak tua ini seorang imam mushola di dekat rumahnya. Jam di dinding menunjukkan pukul 04.30 WIB, pujian di lantunkan seorang yang terdengar sebaya dengan pak tua. Tak lama kemudian pak tua sampai di mushola dengan sarung favoritnya yang berwarna hijau tua dan kopyah agak miring.

Seusai sholat pak tua itu melanjutkan aktifitasnya di rumah. Penampilan yang serba adanya ia kenakan. Celana pendek, kaos “oblong” dan sandal jepit, ia pakai setiap hari. Sepeda ontel miliknya menjadi teman sejati untuk menyusuri jalanan yang penuh debu. Terus ia kayuh sampai tiba di tempat kerja pak tua.
Tempat kerumunan dan sarang penyakit adalah tempat ia bekerja. Matahari pagi terus memperlihatkan kegagahannya. Kendaraan roda empat lalu lalang menjadi pemandangan yang sudah membuatnya terbiasa. Tak sedikit orang seperti pak tua itu, yaitu seorang pekerja keras. Kalau ada mobil barang datang,ia berdesakan dengan teman-teman seperjuangannya.
Berat beban yang ia hadapi setiap hari, hanya itu kemampuan yang ia miliki. Pundak terasa kaku dan sakit akibat beban yang ia angkat begitu berat. Semakin siang semakin tak karuan rasa sakit yang ia tahan. Kaos oblong yang ia kenakan sudah terlepas dari tubuhnya karena panas terik matahari tak sanggup ia taklukan.
“Alhamdulillah”,terdengar lirih dari diri pak tua yang senang hatinya saat mendapat upah sebagai kuli panggul. Alangkah mulia pekerjaan pak tua.
 Dan tak sanggup kita bayangkan sebagai kalangan Mahasiswa. Jangan sekali-kali mengeluh terhadap tugas apa yang kita dapat, ketika kita melihat semangat seorang pak tua mengangkat barang-barang yang bebannya tidak sedikit.
(Kisah ini terilhami dari kisah nyata yang terjadi di wilayah Tulungagung. Detailnya di kawasan Pasar Sore sebelah selatan.)

 by : Mohammad Ababilil Mujaddidyn*
*penulis adalah mahasiswa STAIN Tulungagung prodi PGMI sementer 3.
Posted by Unknown On 09.56

Facebook

    Jumlah Pengunjung

    Text