Selasa, 14 Mei 2013



Oleh: dewi khoirul mala

Suara gemuruh ombak besar
Yang menghantam keras batu-batuan
Teman-kawan serta para nelayan
Juga terhantam ombak-ombak itu
Aku duduk di atas batu besar
Seakan aku taka da guna
Namun banyak sekali bisikan
Bisikan hati yang membuat diri ini
Membahana dan menggetarkan jiwa
Untuk menggoreskan tintaa emas di atas kertas
Posted by Unknown On 02.50 No comments READ FULL POST


Oleh: Syaiful

Kerasnya batu tak terpikirkan olehku
Lembutnya pasir tak terbayangkan olehku
Mencoba menjalani semua ini
Datang dan kembali
Alunan-alunan nada yang membuat diriku terbuai
Ombak yang saling menyapa
Tak membuatnya untuk berhenti

Berjalan dan terus berjalan
Setapak demi setapak
Sampai dia di atas batu dlodo
Lama..
Duduk, berdiri, dan menanti
Berusaha dan mencoba

Menelan haus dan lapar
Dini kian menanti
Baying-bayang selimut
Terucap kata-kata sayang
Posted by Unknown On 02.50 No comments READ FULL POST


Oleh: Dian Meiningtias

Ku dengar merdu denguran ombak
Saling bersahut memadu syair
Gelombang pasang berlarian
Menyentuh lembut hamparan pipi

Karang masih bersipu malu
Lamunan indahnya enggan sirna
Menanti kawan bermain waktu
Mengukir alur penuh asa

Ombak berkejaran salam menyapa
Hantaman cantik sekilas berjabat
Meraba keras tebing nan kokoh
Terkikis halus karang nan tegar

Pasir putih seraya bercerita
Fajar dan senja berlalu tersenyum
Cerita mereka tak kenal masa
Mengukir dongeng tanpa pena
Posted by Unknown On 02.48 No comments READ FULL POST


Oleh: Dian Mieningtias

Pasir-pasir kecil berjajar rapi
Indah nan permai menyentuh hati
Sayup-sayup indah sapaan sang ombak
Terbentur keras lamunan karang

Langkah anggun petani pantai
Mengayunkan kaki menyusuri asa
Harapan agung penuh arti
Menghantarkan mimpi hingga terbang
Menyusuri lautan hindia hingga Australia

Daun-daun cantik jatuh berlari
Menghiasi asrinya pesona pantai
Seolah sirna tersapu gelombang
Menghantar daun ke negeri seberang
Posted by Unknown On 02.48 No comments READ FULL POST


Oleh: Eli Rohmawati

Matakuterpejammelihatbukit
Indah menjulangsalingberbaris
Hamparanhijaudedaunanasri
Mengundangdeliksejutapesona
Sepoi angina membawasalam
Merangkai bait demi bait
Membawaceritapenuhmakna
Menghantarinsankepemukiman
Posted by Unknown On 02.47 No comments READ FULL POST


Oleh: Nova Puspita Arum

Ketika langit menampakkan sang surya
Aku tertunduk menyesali diri
Meratapi kerikil=kerikil yang menyumbat hati
Menangisi hal yang tak mungkin kembali
Marah, kecewa, sedih
Menjadikan gundah gulana dalam jiwa ini

Bunda..
Tak ada yang mampu menggantikan cahayamu
Menerangiku setiap malam
Menghangatkanku setiap pagi
Bunda..
Parasmu yang menawan
Hatimu yang jutawan
Akan ku ukir di palung hati ini
Dan akan aku bingkaikan dengan kemasan apik
Agar kau tetap tertata rapi di memoriku

Jangan takut bunda
Tak aka nada yang mampu menerpaku
Meskipun angina topan mengahdang
Tak akan mengurungkan niatku
Tuk merubah hiasan hariku
Karna kaulah bintang jiwaku
Karna kaulah penerbit hari baruku
Posted by Unknown On 02.46 No comments READ FULL POST



Ombak berseru bersahutan
Pantai nan indah permai
Nyiur dan camar ikut berseri
Awan beriringan menuuju ufuk
Putih bersih suci
Ombak pantai berjajar menyapa
Pasir yang terhampar memberi sejarah indah
Ketika itu,
Seorang anak kecil berlarian bersama teman-temannya
Posted by Unknown On 02.46 No comments READ FULL POST


Pasir bertaburan lembut.
Angina berhembus perlahan membisikkanku
Pohon yang indah berayun-ayun
Tampak sepasang insan berjalan berduyun-duyun
Menuju angan fantasi
Dengan imajinasi yang tinggi
Ombak yang indah menemaaninya pagi ini.
Posted by Unknown On 02.45 No comments READ FULL POST


Oleh: shofi

Ku tatap tarian gelombang ombak
Diatas hamparan laut nan luas
Bentangan birunya disekitar karang mungil
Telah temaniku dalam sunyi
Buliran pasir yang menerobos dalam benakku
Seakan mengingatkanku dalam masa laluku
Masa lalu yang penuh tetesan air mata
Yang menumpahkan segala kesedihanku
Tak ada rangkaian kata pun
Yang entah akan berucap apalagi
Seakan terkunci dalam gembok kesedihan
Terkurung dalam jejeran ombak
Terhempas oleh deburan yang kencang
Gelantungnya ranting-ranting daun
Seakan mengembalikanku dalama gantungan kesedihan
Namun ku hanya berucap lirih
Maski dalam sedih dan rintih
Kesedihan ini akan tersisih
Posted by Unknown On 02.44 No comments READ FULL POST


Oleh: nurul

Ku terduduk lesu
Diam, bisu
Hingga ku dengar deru ombak
Menertawakan
Mengolok tiada henti
Habislah aku
Menahan malu ku tertunduk
Tak ubahnya seonggok karang
Tanpa nyawa
kosong
Posted by Unknown On 02.43 No comments READ FULL POST



Kurasan ketika aku merasakan
Kesejukan yang ada disini
Membuat hati menjadi cerah
Manabur pasir di awan cerah
Namun langit agak kusam
Saat ku memandang wajahnya
Dengan suara-suara yang dapat meluluhkan hatiku
Yang lagi galau ini
Sungguh aku merasakan keindahan yang tiada tara
Menunjukkan kebesaran yyang kuasa
Namun sebagaimana pun rasa hatiku saat ini membuatku sedih
Karena seorang cowok yang jelek di depan
Pake baju putih
Posted by Unknown On 02.43 No comments READ FULL POST


Oleh: Nova Puspita Arum

Hidup tak pernah seperti bintang
Selalu di atas, terang dan memukau
Namun petani seperti bintang kehidupan
Menghiasi kehidupan sanubari
Ingin aku berkelana menuju tempat itu
Tempat yang ku idamkan, Australia
Meski aku hanya anak petani
Tak akan pernah menggugurkan daun hasratku
Untuk menuju tempat indahmu
Tengoklah!!
Aku hanya anak petani
Tapi cita-citaku akan setinggi bintang
Karena aku adalah bintang kehidupan
Penerang seluruh alam
Posted by Unknown On 02.42 No comments READ FULL POST



Gelegar ombak yang begitu indah.
Brrrrr…
Fikiranku membuat hilang semua panikku.
Aku lapar..
Karena di pantai gag ada penjual,
Aku bingung..
Uangku tak berguna di pantai.
Namun hanya cinta yang bisa ku gadaikan.
Akhirnya aku memutuskan cari ikan
Dengan menceburkan CD ku ke laut.
Posted by Unknown On 02.42 No comments READ FULL POST


Oleh: Marlinda

Gunung..
Kau berdiri angkuh menjulang angkasa
Beribu petir sambar menyambar
Berlomba-lomba menghantammu
Apakah kau tak bosan?!
Hah…
Pasir pun bosan
Sampai kapan lumut-lumut menggerogoti otakmu?
Cobalah kau remungkan wahai gunung
Ombak kan selalu menantimu berkelana
Posted by Unknown On 02.41 No comments READ FULL POST

Minggu, 12 Mei 2013



#1
Kembali aku sampai batas kota
Masih ingat aku, begitu rapuhnya gapura yang setiap waktu tersenyum
Tak ada yang berubah
Dan tak ada yang diubah
Bahkan tak ada inisitif tuk mengubah
Kotaku tetaplah sepi seperti ini
Jalan tetaplah lengang
Maklumlah
Aku baru pulang dari kota rantau

#2
Nyaris tak ada yang berubah
Jalanan bergelombang semakin membuat empuk pantat
Menadah hujan yag terkadang datang
Melenggang liuk pedagang sayuran
Menghindari air yang terkadang menantang
Begitu banyak ranjau yang tertanam
Seolah menunggu ban kendaraan meletus dan kemudian berhenti dan diam.

#3
Inilah kotaku
Mencoba mendengar angin berbisik
Suara-suara ketertinggalan dari tertangga kota
Tapi entahlah
Sarjana-sarjana yang merantau jarang sekali pulang
Mereka memilih hidup di kota asing
Mungkin kota ini tak menarik lagi
Tak berminat bangunkan kota yang tertidur panjang
Tertidur seperti arca-arca di utara pendapa kota

#4
Aku sarjana yang berpulang
Mencoba sisa-sisa mimpi  yang kuucapkan pada bunda sayang
Memang, kuterlalu lama beronani dengan dunia idea
Terlalu lama bersetubuh dengan ketidakpentingan pendidikan
Yang pada akhirnya, aku terputus
Ku terputus pada kenyataan tempat aku kembali
Bingung aku dengan keterbelengguanku
Lelah hati bila pikirkan aku
Kemudian aku bertanya
Apa yang aku berikan pada kotaku
Apa guna ilmu yang diceramahkan oleh orang tua bergelar itu
Oh kotaku,
Oh Trenggalek malang
Apa guna dulu kau terima tetesan air ketuban ibuku
Bila akhirnya aku menjadi sarjana amnesia
Posted by Unknown On 17.34 No comments READ FULL POST

Serpihan Puisi Nana

Berteduh Malam

Ku rebahkan ratap diantara terlampauinya kemilau belukar cakra jingga 
Syair kerdil kembali menjemputku pada peraduan hati, 
Sebongkah asa mencari teduh bersikukuh, 
Mendayung senyum 
Ku sandarkan lelah pada dinding malam
Mengukir Karsa
Pagi ini senja tak lagi enggan menyapa 
Seperti biasa, risalah hati menggurat persemaian dan kembali mengukir karsa 
Pertanda ku masih diberi kehidupan diantara nafas-nafas pemberian Tuhan.. 
Meski terkadang angkuh, rindu ini masih mematri setapak jalanku 
Menyibak denyut nadi yang tersirat beribu riwayat 
Meski terkadang legam menutup pikiranku terselip kelabu mengitari hariku, 
Biarkan ku rengkuh asa diantara awan yang mendera,. 
Biarkan ku rajam air mata, 
Dan biarkan ku pikat rasi pijar diantara sayap camar 
Tuk daki sudut nirwana...
Intensi Hati
Risalah hati bersikukuh merengkuh asa 
dalam ilusi 
Sejuta karsa yang terangkai datang menghujam 
sanubari 
Segumpal lara terpatri, terbayang asa mendayu semu 
dalam langkah demi langkah kaki.. 
Kapan ku raih kemilau celah kirana, 
menilik pun tak nampak disini 
Sungguh kini ku hanyut dalam intensi dan visi..
Rindu
Jelajah langit menutup pes0na senja menyibak sketsa r0na hitam abu-abu 
Meniti hampa di ujung pena ku rangkai puisi merantai sepi, pada semesta rindu nyanyian malam menggemakan ku kembali terasing di dalamnya 
Wahai rembulan kabarkan padanya 
Dalam palung belenggu mengusik 
terajut rinduku membentang..
Catatan Hati
Metode malam seperti biasa 
Duduk di kursi tua meredakan hatidengan nyanyian duka 
Canda jadi santapan jiwa, 
Tawa jadi umpan gembira 
Meski hati berangkai air mata 
Meski mata nyaris tak melihat 
Meski harap ditelan pekat, 
Tapi hatiku bermunajat
Sama Sepertimu
Ku ukir hiasan dalam malam 
Telunjuk menari ikuti naluri 
di atas putih abu-abu masih terlihat meski semu, sekilas bayang coba melintas 
mendaki puncaknya 
Tiba yang ku harap bukan mentari 
Kecil dalam gelap coba agungkan kiprah hati 
seraya senyum indah itu menyadarkanku 
Sama sepertimu 
Sinar membentang dalam hatiku.. 
Sesal
Diantara gemuruh udara menyelimuti riuh hujan, 
Berebut mem0ri demi mem0ri yg tersaji dari setiap aksara hati 
Gemerisik reranting tempat teduhku, 
Menggurat asa dalam kelabu 
Ku sibak peluh titipkan keluh debur ombak samudra.. 
Sesal sakit mendera kemelut kerasnya dunia, 
Ku hempaskan beribu duka 
Ku langitkan air mata, 
teruntuk sang pemilik nyawa Doaku berbasis noktah jiwa,,
Posted by Unknown On 09.37 No comments READ FULL POST

Facebook

    Jumlah Pengunjung

    Text