“Saya pasrahkan saja semuanya pa Allah SWT.”, kata Angelika dengan nada rendah dan sedih.
“Lalu bagaimana dengan anak-anak mbak?”, tanya dari salah seorang wartawan.
“Di Indonesia ini kita tidak perlu bingung, karena sekarang ini
banyak tenaga baby sitter, juga masih
ada keluarga dan saudara-saudara saya yang menggantikan saya untuk sementara”,
sahut Angelika.
Kali ini memang terdakwa sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi karena
bukti-bukti yang kuat sehingga dia sudah dinyatakan sebagai tersangka.
Angelika duduk dan merunduk pasrah dengan keputusan hakim karena
pembelaan-pembelaannya sudah tak dihiraukan lagi .
Melihat suasana pada kasus Angelika makin memanas, cerdiknya,
wartawan kemudian menemui seorang psikolog yang kemudian bertanya tentang
seorang ibu yang ditetapkan sebagai tersangka tersebut.
“Saat ini dia merasa sangat tertekan dan stress, seharusnya ada
seseorang yang mendampinginya agar dia juga merasa tidak dikucilkan.”, kata
seorang psikolog muda yang cantik itu.
“Bagaimana dengan anak-anaknya?”, timpal wartawan.
“Anak dari mbak Angelika saat ini juga perlu adanya pengarahan juga
nasehat dari pihak keluarganya, agar anak tidak merasa malu dan benci dengan
ibunya . Karena biasanya dia juga dapat pengaruh dari sekolahnya.”, jawab
psikolog.
Angelika memang orang yang cukup tegas saat mendidik anak-anaknya,
dia begitu sayang kepada anak-anaknya. Tak heran bila ia stress, salah satunya
karena memikirkan nasib anaknya bila ia berada di dalam jeruji besi.
“Saya kasihan dengan anaknya, bagaimana saat dia di sekolah?
Bagaimana bila ia dikucilkan teman-temannya?”, tanya seseorang yamg bernama
Elisa setelah mendengarkan cerita dariku.
“Iya. Saya sebenarnya juga merasa kasihan, tapi ya.. memang itu
sudah menjadi resiko. Gara-gara ibu yang berbuat semaunya termasuk anak-anaknya
juga menanggung malu.”, jawabku pada Elisa.
“Iya. Salah sendiri, wong
dia yang berbuat kok! Siapa suruh makan harta rakyat, begitu akibatnya”, sahut Elisa kembali.
“Hush…kamu itu bilang
apa, jangan semata-mata kamu melihat dari sisi negatifnya saja. Mungkin dia
melakukan itu karena kebutuhan hidupnya memang banyak. Kamu kan tau dia itu janda, jadi tulang
punggung keluarga di bebankan padanya. Jalan pintasnya yaa itu dengan cara
“korupsi” dia tetap bisa bermewah-mewahan meskipun tanpa suami. He…he…he”, kataku pada Elisa.
“Eh..eh..eh gi ngomongin apa nich? Ngomongin aku ya?”, ujar Emi
sambil menghampiri.
“Hmmm. PD kali kau.”, sahut
Elisa.
“Ini lhoo kita lagi ngomongin berita ter-update, kamu dah liat TV lom?”, tanyaku pada Emi.
“Oowwh …masalah itu aku sih ndak
pernah ketinggalan berita.”, jawab Emi. “Malahan gempar-gemparnya lagi dia
diperlakukan beda!!”, tambahnya.
“Maksudmu beda?” Tanya Elisa
“Begini lhoo… Angelika itu di dalam jeruji tidak disamakan dengan
yang lainnya. Yaa kalian tau sendiri kan,
namanya juga kelas pejabat tempatnya pun berbeda, dan jelasnya yaa di kelas
atas.”, kata Emi.
“Maksudmu fasilitasnya mewah? Ada lemari es, kipas angin, tempat
tidur yang empuk. Serasa seperti berada di hotel?”, tanyaku penasaran.
“Yupz, pinter sekali
kamu, seratus buwat jawabanmu.”, jawab Emi.
***
Rupanya berita tentang penahanan Angelika memang menggelitik bagi
seluruh negri. Yaa… kini masyarakat
sudah muak dengan petinggi-petinggi yang hanya mengobral janji. Visi misi
hanyalah dalam omongan dan awang-awang saja. Dan itu ternyata telah
dimanfaatkan oleh si Emi untuk menambahkan berita-berita bohong agar
teman-temannya merasa lebih jengkel pada Angelika (seorang pejabat). Dan hingga
suatu ketika akupun menulis suatu tulisan dan akupun memajangnya di mading
sekolah. Tulisan tersebut berbunyi “Dilarang Mengobral berita Bohong”.hehehe.
By: ulfi*
*Penulis adalah mahasiswa semester 2 PGMI yang sedang melatih
kepekaan rasa di LPM DIMёNSI.