Sabtu, 29 September 2012


“Saya pasrahkan saja semuanya pa Allah SWT.”, kata Angelika dengan nada rendah dan sedih.
“Lalu bagaimana dengan anak-anak mbak?”, tanya dari salah seorang wartawan.
“Di Indonesia ini kita tidak perlu bingung, karena sekarang ini banyak tenaga baby sitter, juga masih ada keluarga dan saudara-saudara saya yang menggantikan saya untuk sementara”, sahut Angelika.
Kali ini memang terdakwa sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi karena bukti-bukti yang kuat sehingga dia sudah dinyatakan sebagai tersangka.
Angelika duduk dan merunduk pasrah dengan keputusan hakim karena pembelaan-pembelaannya sudah tak dihiraukan lagi .

Melihat suasana pada kasus Angelika makin memanas, cerdiknya, wartawan kemudian menemui seorang psikolog yang kemudian bertanya tentang seorang ibu yang ditetapkan sebagai tersangka tersebut.
“Saat ini dia merasa sangat tertekan dan stress, seharusnya ada seseorang yang mendampinginya agar dia juga merasa tidak dikucilkan.”, kata seorang psikolog muda yang cantik itu.
“Bagaimana dengan anak-anaknya?”, timpal wartawan.
“Anak dari mbak Angelika saat ini juga perlu adanya pengarahan juga nasehat dari pihak keluarganya, agar anak tidak merasa malu dan benci dengan ibunya . Karena biasanya dia juga dapat pengaruh dari sekolahnya.”, jawab psikolog.
Angelika memang orang yang cukup tegas saat mendidik anak-anaknya, dia begitu sayang kepada anak-anaknya. Tak heran bila ia stress, salah satunya karena memikirkan nasib anaknya bila ia berada di dalam jeruji besi.
“Saya kasihan dengan anaknya, bagaimana saat dia di sekolah? Bagaimana bila ia dikucilkan teman-temannya?”, tanya seseorang yamg bernama Elisa setelah mendengarkan cerita dariku.
“Iya. Saya sebenarnya juga merasa kasihan, tapi ya.. memang itu sudah menjadi resiko. Gara-gara ibu yang berbuat semaunya termasuk anak-anaknya juga menanggung malu.”, jawabku pada Elisa.
“Iya. Salah sendiri, wong dia yang berbuat kok! Siapa suruh makan harta rakyat, begitu  akibatnya”, sahut Elisa kembali.
Hush…kamu itu bilang apa, jangan semata-mata kamu melihat dari sisi negatifnya saja. Mungkin dia melakukan itu karena kebutuhan hidupnya memang banyak. Kamu kan tau dia itu janda, jadi tulang punggung keluarga di bebankan padanya. Jalan pintasnya yaa itu dengan cara “korupsi” dia tetap bisa bermewah-mewahan meskipun tanpa suami. He…he…he”, kataku pada Elisa.
“Eh..eh..eh gi ngomongin apa nich? Ngomongin aku ya?”, ujar Emi sambil menghampiri.
Hmmm. PD kali kau.”, sahut Elisa.
“Ini lhoo kita lagi ngomongin berita ter-update, kamu dah liat TV lom?”, tanyaku pada Emi.
“Oowwh …masalah itu aku sih ndak pernah ketinggalan berita.”, jawab Emi. “Malahan gempar-gemparnya lagi dia diperlakukan beda!!”, tambahnya.
“Maksudmu beda?” Tanya Elisa
“Begini lhoo… Angelika itu di dalam jeruji tidak disamakan dengan yang lainnya. Yaa kalian tau sendiri kan, namanya juga kelas pejabat tempatnya pun berbeda, dan jelasnya yaa di kelas atas.”, kata Emi.
“Maksudmu fasilitasnya mewah? Ada lemari es, kipas angin, tempat tidur yang empuk. Serasa seperti berada di hotel?”,  tanyaku penasaran.
Yupz, pinter sekali kamu, seratus buwat jawabanmu.”, jawab Emi.
***
Rupanya berita tentang penahanan Angelika memang menggelitik bagi seluruh negri. Yaa… kini masyarakat sudah muak dengan petinggi-petinggi yang hanya mengobral janji. Visi misi hanyalah dalam omongan dan awang-awang saja. Dan itu ternyata telah dimanfaatkan oleh si Emi untuk menambahkan berita-berita bohong agar teman-temannya merasa lebih jengkel pada Angelika (seorang pejabat). Dan hingga suatu ketika akupun menulis suatu tulisan dan akupun memajangnya di mading sekolah. Tulisan tersebut berbunyi “Dilarang Mengobral berita Bohong”.hehehe.
 

By: ulfi*

*Penulis adalah mahasiswa semester 2 PGMI yang sedang melatih kepekaan rasa di LPM DIMёNSI.
Posted by Unknown On 10.00

Facebook

    Jumlah Pengunjung

    Text